Tidak berharap pada Amerika

Bila ekspektasi terlalu tinggi, maka tunggulah kekecewaan berat jika harapan tidak bisa tergapai. Benar bila perdana menteri Rusia Vladimir Putin menanggapi begitu besar harapan dunia terhadap Barrac Obama, presiden amerika serikat yang dilantik Selasa lalu. Harapan itu ditaruhkan pada presiden berkulit hitam pertama di Amerika ini karena menjanjikan perubahan besar dalam sejarah Amerika dan kebijakan di dalam dan luar negeri.

Ada ungkapan, ekspektasi berlebihan ini karena Obama adalah berkulit hitam. Sejarah kelam bangsa kulit hitam di Amerika Serikat akibat isu rasialis hingga sempat terjadi bentrokan antar sipil ini memang menjadi catatan tersendiri. Obama dapat meraasakan catatan kelam ini, dan mampu merasakan bentuk ketidakadilan perlakuan orang hitam. Sehingga perubahan dan keadilan bagi semua warga Amerika yang ditawarkan Obama karena dia , sebagai orang kulit hitam sudah merasakan bentuk ketidakadilan dalam sejarah kehidupan Amerika.

Tapi, adakah janji perubahan Obama ini dalam kehidupan bangsa-bangsa lain. Adakah perubahan perlakuan Amerika terhadap Irak, Afganistan, Kuba, Palestina dan persoalan pelik di Timur Tengah?
Jelas benar saat isu pembantaian masal yahudi oleh Nazi, Jerman pada Perang Dunia pertama lalu, tidak membuat orang Yahudi menjadi belas kasihan setelah mereka terbebas dari cengkraman rezim Adolf Hitler. Bahkan saat Inggris memberikan wilayah Palestina kepada kaum Yahudi, sejarah malah kembali dengan aktor berpindah, Zionist Israel membantai dan secara bertahap melakukan genosida bangsa Palestina. Walaupun Yahudi pernah merasakan ketidakadilan dan korban pembantaian, ternyata tidak mengubah watak mereka menjadi bangsa yang menjungjung tinggi kemanusiaan.
Perkataan Vladimir Putin bisa kita gunakan dalam persoalan ini. Boleh jadi, sebagai orang kulit hitam, Obama pernah mencatat kegetiran rasial. Tapi obama tak pernah merasakan kegetiran genosida dan agresi Amerika pada Negara lain. Dia, sebagai orang Amerika belum pernah merasakan menjadi Negara jajahan. AMerika hanya memiliki sejarah perang dan menjajah. Untuk itu, ekspektasi mengurai permasalah di timur tengah, adalah utopis belaka.
Dalam pidato di depan masyarakat Yahudi Amerika, dia menegaskan bahwa Israel tidak bisa diganggu gugat. Eksistensinya mendapat legitimasi, dan Jerusalem adalah ibukota Bangsa Yahudi ini. Riuh rendah orang yahudi mendengar janji Obama, yang dinilai keberpihakan Israel mengekalkan penjajahannya di bumi Palestina. Ini bukti, bahwa sebaik-baiknya Amerika, tetap saja dia memiliki standar ganda untuk masalah timut tengah, Israel – Palestina khususnya.
Setidaknya, Amerika tidak akan pernah mengubah dirinya menjadi seorang sosok tokoh protagonis dalam setiap adegan-adegannya, selama lobi-lobi Yahudi menjadi headset di kepala mereka.
Cijerah,22/01/09

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saatnya Berubah

Kenaikan BBM, Turunnya Harga Diri

AR, LM, CT, Segera Tobat......